Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 27/07/2023, 09:24 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - PT Olahkarsa Inovasi Indonesia dan Business Council for Sustainable Development (IBCSD) menggelar CSR Outlook Leadership Forum 2023.

Dengan mengusung tema “ESG: Moving Towards Sustainable Future”, forum ini berperan sebagai media dialog yang dimanfaatkan oleh berbagai sektor bisnis untuk terus membangun narasi positif tentang pentingnya aspek Environment, Social, and Governance (ESG) sebagai langkah menuju bisnis berkelanjutan.

Co-Founder dan CEO PT Olahkarsa Inovasi Indonesia Unggul Yoga Ananta menyampaikan, CSR Outlook Leadership Forum merupakan forum multi stakeholder untuk berbagai sudut pandang berkaitan dengan isu keberlanjutan dalam framework ESG.

Baca juga: Jaga Komitmen ESG, BRI Insurance Lepas Ratusan Tukik di Pulau Anak Karas

Diambilnya tema ini tidak terlepas dari tren global mengenai krisis iklim yang juga memiliki korelasi dengan visi Indonesia emas tahun 2045 mengenai ekonomi yang berkelanjutan.

"Menghadapi dua tantangan ini, penting dilakukan aksi-aksi yang berkaitan dengan isu perubahan iklim dan ekonomi keberlanjutan harus menjadi konsen seluruh stakeholder," ujar Unggul, Selasa (26/7/2023).

Sementara itu, Dirjen PPKL Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Sigit Reliantoro memaparkan, aspek lingkungan penting untuk dapat disorot.

Oleh karena itu, diselenggarakan PROPER sebagai upaya penilaian kinerja perusahaan dalam manajemen lingkungan untuk bisnis berkelanjutan.

PROPER merupakan salah satu sarana kebijakan (policy tool) yang dikembangkan oleh KLHK dalam rangka mendorong penaatan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan terhadap berbagai peraturan perundang-undangan di bidang lingkungan hidup melalui instrumen informasi dengan melibatkan masyarakat secara aktif.

Baca juga: Bumi Serpong Damai, Satu-satunya Emiten Properti yang Meraih ESG Star

Oleh sebab itu, PROPER terkait erat dengan penyebaran informasi kinerja penaatan masing-masing perusahaan kepada seluruh pemangku kepentingan pada skala nasional.

Sigit menjelaskan, sejak revolusi industri, manusia mengalami kecanduan dengan pertumbuhan ekonomi. Hal ini menimbulkan konsekuensi pada kerusakan alam, kepunahan spesies makhluk hidup, dan ketimpangan sosial.

Maka dari itu, menjadi sebuah KLHK berupaya merubah fokus pertumbuhan menuju redistribusi kekayaan, serta model pembangunan dari ekstraksi menuju regeneratif atau memperbaiki kondisi alam yang telah rusak.

"Hal inilah yang kemudian menginspirasi KLHK untuk melakukan PROPER" jelasnya.

Sedangkan Founder and President Director Institute for Sustainability and Agility (ISA) Maria R Nindita Radyati mengatakan, latar belakang lahirnya konsep ESG adalah bagaimana agar investor mempertimbangkan aspek non-finansial ketika membeli saham.

Baca juga: Kenali Sejarah Munculnya ESG, Bermula Sejak 1990-an

Sebab perusahaan yang beroperasi pasti menimbulkan dampak seperti pemanasan global dan kerusakan lingkungan.

Kofi Annan selaku Sekretaris Jenderal PBB pada waktu itu bersama International Financial Corporation (IFC) mengumpulkan 50 CEO di seluruh dunia untuk menyepakati indikator non finansial tersebut, indikator tersebut adalah ESG yang kemudian terus mengalami transformasi dan revisi hingga yang kita kenal saat ini.

ESG sebagai riteria yang telah disepakati ini kemudian berlaku untuk seluruh jenis industri. Bagi industri-industri yang sudah go-public, mereka tidak bisa sembunyi sebab terdapat lembaga rating yang menilai kinerja ESG pada perusahaan berdasarkan informasi-informasi yang tersedia.

Keberadaan lembaga rating ini pada akhirnya menjadi salah satu rujukan dari para investor untuk mempertimbakgnan keputusan membeli saham perusahan.

Baca juga: ESG: Pengertian, Pentingnya, dan Kriterianya

Hasil penilaian dan pemeringkatan ini kemudian dipublikasikan oleh lembaga rating tersebut dan tentu menimbulkan keresahan bagi perusahaan tertentu apabila rating nya rendah.

“Dari hasil riset yang dilakukan, ESG berbanding lurus dengan harga saham, perusahaan yang melakukan praktik ESG, harga sama nya cenderung naik,” tuntas dia.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com