Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 18/09/2023, 12:00 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

KOMPAS.com - Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (Sekjen PBB) António Guterres menyalahkan penyebaran misinformasi dan disinformasi yang meracuni wacana publik, mempolarisasi masyarakat, dan mengikis kepercayaan terhadap institusi.

Mengingat dampak buruk yang ditimbulkan oleh banjir informasi palsu terhadap generasi muda, Hari Demokrasi Internasional tahun ini pun didedikasikan untuk "Memberdayakan Generasi Penerus" dengan berfokus pada peran penting anak-anak dan generasi muda dalam memastikan demokrasi saat ini dan masa depan.

"Peran generasi muda dalam memajukan demokrasi dan memastikan bahwa suara mereka disertakan dalam pengambilan keputusan yang mempunyai dampak besar terhadap dunia dianggap sangat penting," ujar Guterres saat membuka peringatan Hari Demokrasi Internasional.

Menurutnya, generasi muda adalah penjaga demokrasi saat ini dan masa depan. Para pemilih yang terlibat dan terdidik merupakan inti dari masyarakat demokratis yang kuat.

Baca juga: Para Aktivis Muda Desak Pemimpin ASEAN Rumuskan Kebijakan Iklim Terpadu

Kaum muda harus menghadapi dunia di mana demokrasi berada di bawah ancaman yang disebabkan oleh berbagai faktor. Mulai dari penyebaran misinformasi dan disinformasi online, hingga meningkatnya populisme, dan dampak krisis iklim yang mengganggu stabilitas.

Oleh karena itu, menurut Sekretaris Jenderal PBB António Guterres, penting bagi setiap orang untuk dapat berpartisipasi secara bermakna dalam pengambilan keputusan yang mempengaruhi kehidupan mereka saat ini, dan di tahun-tahun mendatang.

Konflik yang belum terselesaikan, meningkatnya ancaman perubahan iklim, dan gejolak keuangan terus menerus menjadi ancaman terhadap demokrasi di seluruh dunia.

“Dinding-dinding ini menutup ruang-ruang sipil,” ujar Guterres.

Keadaan Iklim dan Krisis Demokrasi

Dampak krisis iklim terhadap lingkungan fisik saat ini tidak dapat diabaikan, dan semakin jelas bahwa hal ini merupakan tantangan bagi demokrasi: meningkatnya kerawanan pangan, migrasi, kelangkaan air, dan kejadian cuaca ekstrem mendorong konflik dan membebani pembangunan.

Kaum muda di seluruh dunia telah menunjukkan bahwa mereka sangat prihatin terhadap krisis iklim; dalam beberapa tahun terakhir, ratusan ribu anak usia sekolah, yang frustrasi dengan lambatnya negosiasi pengurangan emisi bahan bakar fosil, ikut serta dalam demonstrasi, pemogokan, dan protes berskala besar.

Baca juga: Hari Hutan Indonesia Ajak Anak Muda Ikut Aksi Kolaboratif Jaga Hutan

Seruan terhadap keadilan iklim juga menjadi salah satu ciri demonstrasi ini: kaum muda menyadari bahwa mereka kemungkinan besar akan menderita akibat iklim yang semakin tidak stabil, yang disebabkan oleh aktivitas generasi sebelumnya.

PBB mengakui pentingnya memberdayakan generasi muda untuk mengambil peran kepemimpinan dalam isu-isu penting internasional; Kantor Utusan Pemuda Sekjen PBB mengumpulkan para Pemimpin Muda untuk Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Young Leaders for the Sustainable Development Goals).

Ini merupakan sebuah kelompok yang terdiri dari 17 pembuat perubahan yang kepemimpinannya mengkatalisasi pencapaian SDGs, dan Kelompok Penasihat Pemuda untuk Perubahan Iklim.

Dana Demokrasi PBB (UNDEF) mendanai proyek-proyek yang memberdayakan masyarakat sipil, memajukan hak asasi manusia, dan mendorong partisipasi semua kelompok dalam proses demokrasi, termasuk pemuda.

Baca juga: Pembaca Muda KG Media Paling Peduli SDGs Perusahaan atau Merek

Hari Demokrasi Internasional memberikan kesempatan untuk meninjau kembali keadaan demokrasi di dunia.

Kebebasan berekspresi adalah hak asasi manusia yang mendasar seperti tercantum dalam Pasal 19 Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia, "Setiap orang berhak atas kebebasan berpendapat dan berekspresi; hak ini mencakup kebebasan untuk mempunyai pendapat tanpa campur tangan dan untuk mencari, menerima dan menyampaikan informasi dan gagasan melalui media apa pun dan tanpa memandang batas-batas.”

Namun di seluruh dunia, terdapat pemerintah dan pemegang kekuasaan yang menggunakan banyak cara untuk menghalangi hal tersebut.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com