Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com, 27 September 2024, 18:03 WIB
Erlangga Satya Darmawan,
Sri Noviyanti

Tim Redaksi

MHU sendiri terus mendorong upaya perluasan hilirisasi serai wangi dan sorgum agar dapat dipasarkan di luar Kalimantan.

Sebab, di Pulau Jawa, produk turunan sorgum sangat disukai oleh kalangan atas. Sedangkan serai wangi dapat diolah menjadi minyak atsiri. Hal ini memberikan nilai tambah karena berpotensi mendukung keberlanjutan ekonomi di masa depan.

Oleh karena itu, bertani tidak hanya sekadar menjual hasil mentah, tetapi harus ada proses yang memberikan nilai tambah pada produk tersebut.

Baca juga: MMSGI Tawarkan Model Sirkular Air di Lanskap Pascatambang

Khusus untuk serai wangi, penanamannya merupakan hasil kolaborasi tiga pihak, yakni MHU, Bramasta, dan Yayasan Peduli Desa Nusantara Madani.

Area itu juga memiliki ladang jagung (Zea mays)—hasil kerja sama antara Bramasta dan Politeknik Pertanian Samarinda.

Proyek tersebut menerapkan konsep integrated farming system. Jadi, pupuk organik dari peternakan setempat dimanfaatkan untuk menyuburkan tanaman. Pendekatan ini tidak hanya bertujuan mencapai produktivitas maksimal, tetapi juga ramah lingkungan.

Area Bramasta juga menjadi rumah bagi tanaman kelengkeng varietas Jember Super atau yang lebih dikenal dengan nama Jemsu. Varietas unggulan ini merupakan hasil penemuan Tim Universitas Jember dan Institut Teknologi dan Sains Mandala di Kabupaten Jember, Jawa Timur (Jatim) pada 2011.

Kehadiran kelengkeng Jemsu di lahan Bramasta bukan tanpa alasan. Varietas ini telah terbukti berkualitas, meski masih tergolong varietas baru dan belum banyak dibudidayakan secara massal dengan model food estate.

Ini membuka peluang bagi Bramasta untuk menjadi pelopor dalam pengembangan kelengkeng Jemsu skala besar sekaligus mendemonstrasikan potensi area pascatambang untuk pertanian hortikultura bernilai tinggi.

Keunggulan Jemsu tidak hanya terbatas pada rasanya yang lezat, tapi juga daya adaptasinya yang tinggi.

Kelengkeng Jemsu dapat tumbuh subur pada ketinggian 3 hingga 600 meter di atas permukaan laut (mdpl) dan mampu beradaptasi dengan baik di lahan berpasir tanpa mengurangi produktivitasnya.

Keragaman tanaman tersebut tidak hanya menunjukkan potensi area pascatambang untuk pertanian, tetapi juga merefleksikan semangat kerja sama antara berbagai pemangku kepentingan dalam mengoptimalkan pemanfaatan lahan.

Penjabat (Pj) Gubernur Kaltim Akmal Malik saat melakukan aktivitas penanaman kelengkeng.Dok. MMSGI Penjabat (Pj) Gubernur Kaltim Akmal Malik saat melakukan aktivitas penanaman kelengkeng.

Baca juga: Proyek Pompa Hidram MMSGI dan MHU Masuk Grand Final IGCN SDG Innovation Accelerator Award 2024

Potensi ekonomi lewat Edu-Agrowisata

Pemanfaatan area bekas tambang oleh MHU dan Bramasta tidak hanya terbatas pada penangkaran rusa dan perkebunan.

Adapun untuk mengoptimalkan potensi area tersebut, kedua perusahaan juga menghadirkan Agro-Edu Camping dan Mini Ranch Jayatama.

Inisiatif-inisiatif itu tidak hanya bertujuan untuk revitalisasi lahan, tetapi juga untuk mewujudkan kemandirian ekonomi bagi warga setempat melalui pemberdayaan dan edukasi.

Untuk Agro-Edu Camping, inisiatif ini hadir sebagai hasil kolaborasi antara MHU, Bramasta, dan Universitas Kutai Kartanegara.

Program tersebut menghadirkan konsep unik yang memadukan camping dengan pendidikan di area bekas tambang.

Pengunjung dapat menikmati pengalaman berkemah sekaligus mendapatkan edukasi komprehensif tentang pertambangan, pemanfaatan area bekas tambang untuk pertanian dan perkebunan, serta praktik peternakan berkelanjutan.

Adapun materi edukasinya mencakup budi daya tanaman endemik, pembuatan kompos, dan pemanfaatan energi listrik ramah lingkungan.

Sementara itu, Mini Ranch Jayatama, merupakan perpaduan antara pengembangan masyarakat dan penumbuhan bisnis peternakan.

Fokus utamanya adalah budi daya sapi lokal ras Bali yang telah lama menjadi bagian dari kehidupan masyarakat sekitar.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Banjir Sumatera dan Ancaman Sunyi bagi Perempuan, Belajar dari Pengalaman dalam Bencana Likuefaksi di Sulawesi
Banjir Sumatera dan Ancaman Sunyi bagi Perempuan, Belajar dari Pengalaman dalam Bencana Likuefaksi di Sulawesi
LSM/Figur
Warga Bantu Warga, JNE Percepat Distribusi 500 Ton Bantuan ke Sumatera
Warga Bantu Warga, JNE Percepat Distribusi 500 Ton Bantuan ke Sumatera
Swasta
Pasar Software Akuntansi Karbon Diprediksi Meroket sampai 2033
Pasar Software Akuntansi Karbon Diprediksi Meroket sampai 2033
LSM/Figur
Kemenhut Segel Lagi 3 Entitas di Tapanuli Selatan, Diduga Picu Banjir Sumatera
Kemenhut Segel Lagi 3 Entitas di Tapanuli Selatan, Diduga Picu Banjir Sumatera
Pemerintah
Suhu Laut Naik akibat Perubahan Iklim Bikin Siklon di Asia Makin Parah
Suhu Laut Naik akibat Perubahan Iklim Bikin Siklon di Asia Makin Parah
LSM/Figur
Bahan Kimia Sintetis Dalam Pangan Ciptakan Beban Kesehatan 2,2 Triliun Dollar AS Per Tahun
Bahan Kimia Sintetis Dalam Pangan Ciptakan Beban Kesehatan 2,2 Triliun Dollar AS Per Tahun
LSM/Figur
Pendanaan Hijau Diproyeksikan Naik Tahun 2026, Asal..
Pendanaan Hijau Diproyeksikan Naik Tahun 2026, Asal..
Swasta
Longsor di Hulu DAS Padang dan Agam, Kemenhut Lakukan Kajian Mendalam
Longsor di Hulu DAS Padang dan Agam, Kemenhut Lakukan Kajian Mendalam
Pemerintah
BEI Sebut Investasi Berbasis ESG Naik 194 Kali Lipat dalam 1 Dekade Terakhir
BEI Sebut Investasi Berbasis ESG Naik 194 Kali Lipat dalam 1 Dekade Terakhir
Pemerintah
Perkuat Digital Nasional, TIS Kembangkan Kabel Laut TGCS-2 Jakarta–Manado
Perkuat Digital Nasional, TIS Kembangkan Kabel Laut TGCS-2 Jakarta–Manado
Swasta
EIB Global dan Uni Eropa Bersihkan Sampah Laut di Kepulauan Seribu
EIB Global dan Uni Eropa Bersihkan Sampah Laut di Kepulauan Seribu
LSM/Figur
Panas Ekstrem Bikin 8.000 Spesies Terancam Punah, Amfibi dan Reptil Paling Rentan
Panas Ekstrem Bikin 8.000 Spesies Terancam Punah, Amfibi dan Reptil Paling Rentan
LSM/Figur
Masyarakat Sipil Desak Prabowo Tetapkan Status Bencana Nasional di Sumatera
Masyarakat Sipil Desak Prabowo Tetapkan Status Bencana Nasional di Sumatera
LSM/Figur
DAS Kuranji di Sumatera Barat Melebar hingga 150 Meter Usai Banjir, Ini Penjelasan Kemenhut
DAS Kuranji di Sumatera Barat Melebar hingga 150 Meter Usai Banjir, Ini Penjelasan Kemenhut
Pemerintah
Bibit Siklon Tropis 91S Muncul di Samudera Hindia, Apa Dampaknya untuk Sumatera?
Bibit Siklon Tropis 91S Muncul di Samudera Hindia, Apa Dampaknya untuk Sumatera?
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau