Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Temuan Studi: Tak Ada Karbon yang Diserap Alam Sepanjang 2023

Kompas.com - 23/10/2024, 15:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com - Menurut temuan awal dari sebuah studi terbaru, hampir tidak ada karbon dioksida yang diserap oleh alam tahun lalu.

Padahal, alam seperti hutan hingga samudera sangat penting untuk menyerap karbon dioksida dari atmosfer, mengatur suhu planet, dan mengurangi perubahan iklim.

Temuan tersebut mengemuka dalam studi berjudul Low latency carbon budget analysis reveals a large decline of the land carbon sink in 2023.

Baca juga: 99 Persen Perusahaan Asuransi Pilih Portofolio Investasi yang Rendah Karbon

Penelitian tersebut menyebutkan, pada tahun 2023, laju peningkatan emisi karbon dioksida sekitar 3,37 parts per million (ppm) dalam pengamatan di Mauna Loa, Hawaii.

Laju peningkatan tersebut 86 persen lebih tinggi dari tahun sebelumnya.

Di sisi lain, emisi karbon diosida dari bahan bakar fosil global hanya meningkat sebesar 0,6 persen.

"Hal ini menyiratkan melemahnya penyerapan oleh daratan dan lautan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Dan menimbulkan pertanyaan mengapa penurunan ini terjadi," tulis tim peneliti dalam studi tersebut.

Penyebab situasi yang mengkhawatirkan ini bisa dikaitkan dengan krisis iklim itu sendiri.

Baca juga: Brasil Gelar Konsultasi Masyarakat Adat untuk Penjualan Kredit Karbon Amazon

Tahun 2023 sempat dinobatkan sebagai tahun terpanas yang pernah tercatat. Kondisi tersebut memicu berbagai kasus degradasi lingkungan seperti mencairnya gletser, kebakaran hutan yang lebih sering terjadi, dan menghangatnya lautan.

Berbagai peristiwa tersebut mengganggu kemampuan alam untuk menyerap dan menyimpan karbon.

Dalam kasus hutan misalnya, kekeringan dan kebakaran dapat melepaskan karbon yang bisa lebih banyak daripada yang dapat diserap oleh hutan itu sendiri.

Meski demikian, temuan tersebut menggarisbawahi bahwa masih terlalu dini menyimpulkan apakah alam sudah benar-benar tidak menyerap karbon.

Studi tersebut menyampaikan, kebakaran hutan besar di belahan Bumi utara sepanjang 2023 bisa jadi berkontribusi terhadap lemahnya serapan karbon yang terjadi.

Baca juga: DNV Proyeksikan Emisi Karbon di 2050 Turun

Keretakan

Pada September, Direktur Potsdam Institute for Climate Impact Research Johan Rockstrom mengatakan, manusia sedang menyaksikan "keretakan" besar dalam sistem Bumi.

"Kita melihat keretakan besar di daratan. Ekosistem daratan kehilangan kemampuan penyimpanan karbon dan kapasitas penyerapan karbon, lautan juga menunjukkan tanda-tanda ketidakstabilan," kata Rockstrom, sebagaimana dilansir The Guardian.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau