Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Stunting Jadi Neraka Pembangunan SDM Indonesia, Percepatan Penurunan Jadi Perhatian

Kompas.com - 05/07/2023, 13:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com – Permasalahan stunting menjadi sebuah neraka yang menghalangi pembangunan sumber daya manusia (SDM) di Indonesia untuk menjadi lebih berkualitas.

Hal tersebut disampaikan Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy dalam konferensi pers Hari Keluarga Nasional 2023 di Palembang, Sumatera Selatan, Selasa (4/7/2023).

“Perlu saya sampaikan bahwa saat ini, kita sedang berusaha untuk menjauhkan keluarga kita dari neraka. Neraka tidak harus nanti setelah mati, tapi juga neraka dunia,” kata Muhadjir, sebagaimana dilansir Antara.

Baca juga: Menko PMK: Pemerintah Fokus Tangani Stunting dan Entaskan Kemiskinan

Muhadjir menekankan percepatan penurunan stunting saat ini tengah menjadi perhatian serius pemerintah Indonesia.

Menurut Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022, prevalensi stuntingnya sebesar 21,6 persen atau mengalami penurunan dari 2021 yaitu 24,4 persen.

Prevalensi stunting 21,6 persen dinilai masih tinggi. Apalagi, pemerintah menargetkan prevalensi stunting pada 2024 adalah 14 persen.

Menurut Kementerian Kesehatan, stunting berpotensi memperlambat perkembangan otak. Jangka panjangnya berdampak terhadap keterbelakangan mental, rendahnya kemampuan belajar, dan risiko serangan penyakit kronis seperti diabetes, hipertensi hingga obesitas.

Baca juga: Keharmonisan Keluarga Rupanya Penting Cegah Anak Stunting

“Kalau ini (stunting) tidak diperangi, akan sulit (bagi kita) untuk menjadi negara maju dan kaitannya dengan prasyarat untuk menjadi negara maju itu bebas stunting,” ucap Muhadjir.

Permasalahan kedua yang dia soroti adalah kemiskinan ekstrem. Secara nasional, kemiskinan ekstrem menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) pada Maret 2022 sebesar 2,04 persen atau 5,59 juta jiwa.

Angka itu juga mengalami penurunan dari data Maret 2021 yang sebesar 2,14 persen atau 5,8 juta jiwa.

Pemerintah terus berupaya mengentaskan kemiskinan ekstrem yang menjadi salah satu penyebab stunting dengan menargetkan jadi nol persen pada 2024.

Baca juga: Biskuit dan Susu Tak Efektif Atasi Stunting, Anggaran Dialihkan ke Protein Hewani

Muhadjir melanjutkan tantangan lain yang dihadapi berupa masih banyak penyakit sosial yang kian marak dan harus diwaspadai. Misalnya, seperti penggunaan narkoba hingga adanya pikiran sesat yang berujung ekstrem seperti aksi terorisme.

Ketiga masalah itu dinilai menjadi tantangan besar yang harus dihadapi guna mewujudkan Indonesia maju.

“Pemerintah memiliki perhatian yang sangat serius dalam kaitannya dengan pembangunan keluarga,” kata Muhadjir.

“Kenapa keluarga ini penting? Karena keluarga ini unit terkecil dari sebuah negara. Kalau keluarganya baik, bahagia, maka negara itu secara teoritik juga akan bahagia,” ungkapnya.

Baca juga: 12 Provinsi Jadi Prioritas Penurunan Stunting, Berikut Daftarnya

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com